Austin-Sparks.net

Sahabat Kristus dan Panggilan Sorgawi

oleh T. Austin-Sparks

Bab 13 – Sahabat dalam Hidup

Kami sedang memperhatikan pergerakan dari Israel lama ke Israel Baru; dari Israel lama, duniawi, bersejarah, ke Israel baru, sorgawi, rohani. Injil Yohanes ini adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Baru yang secara khusus berkaitan dengan hal itu. Artinya, Injil ini secara khusus menguraikan transisi dari yang lama ke yang baru ini, dari apa yang ada di zaman Perjanjian Lama, ke apa yang ada di zaman Perjanjian Baru. Dan kami telah menunjukkan bahwa dalam Injil ini ada enam belas poin dalam transisi itu. Dan kami telah membahas tiga belas di antaranya, sehingga malam ini kita sampai pada poin keempat belas, dan itu ada di pasal kesebelas dari Injil.

Akan menghabiskan terlalu banyak waktu kita untuk membaca seluruh pasal ini dan terutamanya karena saya memiliki beberapa ayat Kitab Suci lain yang ingin saya sertakan. Sebagian besar dari saudara pasti sudah familier dengan kisah kematian dan kebangkitan Lazarus ini. Jika saudara belum familier dengan kisah ini, lihat saja bagian pasal ini dan secepat mungkin pahami apa yang dikatakan di sini. Saya akan membahasnya secara umum, tetapi pada titik ini saya ingin menyertakan beberapa bagian dari Perjanjian Lama di samping pasal tersebut.

Saya akan mengarahkan saudara terlebih dahulu ke nubuat-nubuat Yehezkiel, pasal 37, pada ayat 12. Saya pikir banyak dari saudara di benua ini tidak begitu mengenal Perjanjian Lama seperti saudara mengenal Perjanjian Baru, jadi saya akan memberi saudara banyak waktu untuk menemukannya. Jika saudara membuka Alkitab saudara di bagian tengah, saudara akan menemukan Yehezkiel; saya harap saudara tidak menganggap saya menghina kecerdasan saudara. Yehezkiel pasal 37 ayat 12: “Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan Allah: Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya.”

Sekarang kami beralih ke nubuat-nubuat Yesaya, pasal 11, ayat 11: “Pada waktu itu Tuhan akan mengangkat pula tangan-Nya untuk menebus sisa-sisa umat-Nya yang tertinggal di Asyur dan di Mesir …” dan seterusnya.

Sekarang kami beralih ke Perjanjian Baru, surat kepada jemaat di Roma, pasal 9, ayat 27: “Dan Yesaya berseru tentang Israel: “Sekalipun jumlah anak Israel seperti pasir di laut, namun hanya sisanya akan diselamatkan. Sebab apa yang telah difirmankan-Nya, akan dilakukan Tuhan di atas bumi, sempurna dan segera.” Dan seperti yang dikatakan Yesaya sebelumnya: “Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti Sodom dan sama seperti Gomora.”

Saudara akan mengingat Kitab Suci tersebut saat saya merujuknya seiring kita berjalan. Kita kemudian sampai pada Yohanes pasal 11: “Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta.” Kita telah melihat bahwa dalam seluruh Injil ini ada latar belakang Yahudi untuk segala sesuatu dan bahwa Tuhan sedang membangun Israel-Nya yang baru dengan Israel lama di latar belakang. Artinya, saudara dapat melihat Israel rohani yang baru dalam terang hubungan Allah dengan Israel lama yang duniawi. Namun pada titik ini, Israel lama sedang dikesampingkan dan terhadap penolakan Israel lama itu, Allah mendatangkan Israel baru-Nya yang menurut Roh. Orang-orang kudus, orang-orang percaya dari dispensasi masa kini adalah Israel sorgawi Allah yang baru.

Sekarang, untuk melihat Israel yang ditolak, perhatikanlah beberapa ayat di sini. Dan sekali lagi saudara akan melihat betapa tidak beruntungnya bahwa pasal-pasal itu dibagi, tentu saja pasal-pasal itu harus dibagi demi kenyamanan pembacaan umum, tetapi dalam pembacaan pribadi saudara, saudara tidak boleh memperhatikan pembagian pasal-pasal ini. Jadi, saudara lihat kembali pada bagian yang ditandai sebagai pasal 10 pada ayat 39, yang berbicara tentang Yesus: “Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.” Lihat kembali pada ayat 31: “Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus …” Ayat 33: “Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.”

Sekarang kami kembali lagi ke pasal 11 ayat 11, ayat 7: “Tetapi sesudah itu Ia berkata murid-murid-Nya: “Mari kita kembali lagi ke Yudea.” Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?”

Sekarang saudara melihat latar belakang Yahudi. Berulang kali mereka mencoba melempari Yesus dengan batu. Mereka ingin melakukan hal yang sama kepada-Nya seperti yang kemudian mereka lakukan kepada hamba-Nya, Stefanus – melempari Dia dengan batu di sana, dan meninggalkan-Nya dalam keadaan hancur dalam tubuh dan mati – seperti yang mereka lakukan kepada Stefanus. Berulang kali mereka mengambil batu untuk melempari Dia: “dan mereka mengambil batu untuk melempari Dia” tertulis di situ. Itulah latar belakang Yahudi dari pasal sebelas, dan itu dengan sangat jelas menunjukkan kepada kita mengapa Israel lama harus disingkirkan, dan mengapa Allah harus memiliki Israel yang lain. Israel seperti itu tidak akan pernah dapat melayani tujuan Allah! Dan karena itulah Israel ditolak.

Sekarang saudara perhatikan bahwa jika saudara menghapus tanda pasal 11 dan membaca terus dari pasal 10, saudara akan menemukan bahwa kisah kematian dan kebangkitan Lazarus ini ditetapkan tepat di latar belakang itu. Kita tidak boleh menganggap suatu kisah sebagai sebuah kejadian tersendiri. Kita harus selalu menyadari bahwa kisah itu berhubungan dengan sesuatu yang lain, dan kematian dan kebangkitan Lazarus ini berlatar belakang Yahudi. Ini bukan hanya kebetulan, bukan hanya sekedar kebetulan yang terjadi. Yesus menjelaskan dengan sangat jelas bahwa ini adalah bagian dari rencana Allah, jika saudara membaca kisahnya. Dan sangat jelas dari apa yang Yesus katakan bahwa ini semua direncanakan – ini diatur oleh Allah. Sudah diatur oleh Allah bahwa Lazarus akan mati, dan Yesus tidak akan mencampuri hal itu. Itu harus terjadi karena hal itu terkait dengan sesuatu yang sangat besar yang sedang dilakukan Allah.

Baiklah, mari kita lihat pada Lazarus. Sahabat kita, Lazarus, sedang sakit, dan Lazarus menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Saya tidak tahu berapa banyak dokter yang ada di Betania, atau bahkan di Yerusalem, hanya beberapa mil jauhnya, tetapi saya cukup yakin bahwa jika ada dokter di sekitar selama empat hari itu, saudari-saudarinya akan memanggil dokter. Tetapi, terlepas dari apakah mereka memanggil dokter atau tidak, para dokter tidak akan dapat berbuat apa-apa. Lazarus harus mati sesuai dengan rencana Allah. Ia menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan bahkan Yesus, yang telah membangkitkan orang mati lebih dari satu kali, tidak akan ikut campur dalam perkara ini. Ia dengan tegas menolak untuk mencegah Lazarus dari kematian. Di sini diceritakan bahwa ketika Yesus mendengar tentang hal itu Ia tetap tinggal di tempat Ia berada selama empat hari. Tentu saja, itulah yang menjadi masalah besar bagi para saudari itu, dan hal itu memberi sesuatu kepada para musuh. Mereka berkata: “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?” Baiklah, biarlah para saudari itu salah paham dan biarlah para musuh salah menilai, Yesus tidak akan tergerak oleh apa pun. Ia membiarkan Lazarus mati.

Apakah ini situasi yang tidak ada harapan? Nah, apa yang Yesus katakan tentang hal itu? Ketika Ia menerima pesan dari saudara perempuan Lazarus Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Penyakit ini tidak akan membawa kematian, namun Ia membiarkannya mati. Jelaslah bahwa yang dimaksudkan-Nya adalah: “Penyakit ini tidak akan membawa kematian untuk selama-lamanya – ini bukanlah kematian yang terakhir.” Kemudian Ia berkata, “Lazarus, saudara kita, sudah mati”, namun Ia berkata, “ini tidak akan membawa kematian.” Jadi yang dimaksudkan-Nya adalah: “kematian ini bukanlah kata terakhirnya.”

Sekarang mari kita perhatikan hal ini semakin kita terus berjalan: pengetahuan rohani Yesus. Meskipun Ia berada jauh, jauh dari Betania, Ia tahu persis saat Lazarus mati. Tidak seorang pun mengirim pesan kedua kepada-Nya untuk mengatakan “Lazarus sudah mati.” Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Lazarus, saudara kita, telah tertidur.” Mereka berkata: “Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.” Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: “Lazarus sudah mati.” Yesus mengetahui dalam Roh-Nya apa yang telah terjadi. Ia tahu dalam Roh-Nya bahwa Lazarus sudah mati. Dalam roh-Nya, Ia selalu tahu kapan ada kematian dan kapan ada hidup di mana pun. Dan saya tergoda untuk berhenti di sini dan menambahkan hal lain: saudara tahu, teman-teman terkasih, bahwa jika Tuhan Yesus ada di dalam kita melalui Roh-Nya, kita selalu tahu ketika sesuatu itu hidup atau mati. Kita mungkin pergi ke tengah-tengah beberapa orang dan berkata: “Ya ampun, tidak ada hidup di sini! Semuanya ini mati.” Atau kita mungkin pergi ke tengah-tengah orang lain seperti mereka yang ada di Aeschi dan berkata: “Sesungguhnya, ada hidup di sini!” Kita mengetahuinya di dalam roh kita. Tidak seorang pun yang harus memberi tahu kita bahwa orang-orang itu sudah mati atau masih hidup. Dan itu adalah tanda Tuhan Yesus. Nah, itu adalah sesuatu yang berdiri sendiri, mari kami lanjutkan.

Yesus tahu saat Lazarus mati. Sekarang kita memiliki latar belakang Yahudi, hubungan langsung dari kejadian ini, yaitu, hubungan dengan Israel lama. Itulah sebabnya saya membaca Kitab Suci dari Yehezkiel dan Yesaya itu. Ketika Israel ditawan di Babel dan Asyur, Tuhan berkata bahwa mereka telah mati dan dikuburkan, dan Ia berkata “Ketika Aku membuka kubur-kubur mereka.” Bagi Tuhan, mereka berada di kuburan mereka. Dan kemudian Yesaya berkata, “sisa-sisa umat-Nya akan kembali”, dan sisa-sisa itu adalah umat yang bangkit dari kuburan Asyur dan Babel.

Nah, apakah saudara memperhatikan dalam kitab Roma bagaimana Paulus membahas hal itu dan membawanya ke dalam Perjanjian Baru? Ia mengutip perkataan Yesaya tentang suatu sisa dan di dalam kitab Roma ia berkata bahwa dari Israel lama yang terkubur akan muncul sisa-sisa yang dibangkitkan oleh Tuhan, dan sisa-sisa Israel itu akan dimasukkan ke dalam Israel sorgawi yang baru. Itulah sebabnya kisah Lazarus ini ditempatkan tepat di lingkungan orang Yahudi.

Saudara perhatikan bahwa Yesus dengan sengaja pindah ke daerah Yahudi. Di sanalah mereka berulang kali mencoba melempari-Nya dengan batu, Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Mari kita kembali lagi ke Yudea.” Mereka berkata, “Tuhan, mereka baru saja mencoba melempari-Mu dengan batu di sana. Mengapa kembali lagi?” Tetapi Ia tidak mau menerima argumen mereka. Ia sengaja masuk ke daerah Yahudi meskipun daerah itu begitu memusuhi-Nya. Mengapa Ia melakukannya? Kisah Lazarus adalah jawabannya. Kematian dan kebangkitan Lazarus ini terjadi di tengah situasi orang Yahudi itu; tepat di tengah-tengah Israel lama yang ditolak, mati dan dikubur, Ia akan membangkitkan yang baru.

Saudara mungkin berpikir bahwa ketika Tuhan ingin memulai pekerjaan-Nya yang baru, Ia akan pergi ke negeri lain. Ia akan berkata: “Baiklah, Aku tidak dapat berbuat apa-apa di Yerusalem, Aku tidak dapat berbuat apa-apa di Palestina; biarlah Aku pergi ke India, biarlah Aku pergi ke Cina, biarlah Aku pergi ke Swiss dan memulai semuanya dari awal lagi,” tetapi Ia dengan sengaja kembali lagi ke Yudea dan Ia berkata: “Di tempat kematian, Aku akan memiliki kebangkitan.”

Dan Hari Pentakosta sungguh luar biasa karena fakta itu saja. Jika pernah ada situasi yang mustahil, itu adalah Yerusalem pada hari Pentakosta. Israel lama telah ditolak oleh Allah, dari sudut pandang Allah, Israel sudah mati. Israel sudah dikuburkan. Dan di sanalah Allah membawa, melalui kelahiran baru, Yerusalem baru-Nya. Itulah latar dan makna langsung dari kejadian ini.

Namun, kami katakan Paulus membawa seluruh hal ini ke dalam Perjanjian Baru dan ia berkata: “Allah telah mengusir Israel lama, tetapi Allah akan membawa keluar dari tempat kematian itu sendiri, Israel-Nya yang baru. Sisa-sisa akan diselamatkan melalui persatuan dengan Yesus Kristus dalam kematian dan kebangkitan.”

Dan apakah Israel yang baru itu? Di sini sekali lagi singkirkanlah pembagian pasal-pasal saudara, dari sudut pandang tertentu, pembagian itu dapat menjadi gangguan yang sempurna. Pasal-pasal dalam surat kepada jemaat di Roma – hilangkan angka-angkanya. Apa yang dimaksud dengan apa yang ditandai sebagai pasal 9, 10, dan 11 adalah, di satu sisi, kematian Israel lama, bangsa yang ditolak. Dan di sanalah Rasul berkata bahwa dari sana akan muncul sisa-sisa. Tetapi saudara lihat pasal sebelas langsung masuk ke pasal dua belas dan tentang apakah pasal dua belas itu? Pasal ini adalah tentang Tubuh Kristus! Dikatakan, “Ada satu tubuh …” ada satu Tubuh. Apakah Tubuh Kristus itu? Ini bukanlah orang Yahudi dan orang bukan Yahudi yang disatukan, melainkan keduanya, yang telah kehilangan kekhasan mereka sendiri, dan menjadi satu di dalam Kristus. Di tempat lain Paulus berkata bahwa di dalam Kristus tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka … kita semua adalah satu di dalam Kristus. Jadi ketika Israel lama disingkirkan, sisa-sisa diambil darinya, dan dikuburkan bersama Kristus, dan dibangkitkan bersama Kristus. Mereka tidak kembali sebagai sisa-sisa orang Yahudi, mereka kembali sebagai bagian dari Tubuh Kristus. Itulah Israel yang baru.

Nah, sekarang saya telah mengatakan bahwa itulah hubungan langsungnya, apa yang paling membantu kita adalah untuk melihat hubungan yang lebih luasnya.

Kembali lagi kepada Lazarus, Perjanjian Baru mengajarkan kita hal ini: bahwa Salib Yesus Kristus tidak menyembuhkan manusia lama. Salib itu menyalibkannya. Nah itulah masalahnya dengan kebanyakan dari kita. Marilah kita jujur tentang hal itu! Kita ingin Tuhan menyembuhkan manusia lama kita, untuk membuat manusia lama menjadi manusia lama yang baik, untuk menyingkirkan darinya semua kesalahannya, semua yang salah dengannya, semua sifatnya yang berdosa. Salib Tuhan Yesus tidak melakukan hal itu dengan manusia lama. Salib Tuhan Yesus berkata di hadapan Allah bahwa manusia lama itu sudah mati dan dikuburkan. “Manusia lama kita,” kata Paulus, “telah disalibkan bersama Kristus.” Yesus tidak pernah datang kepada manusia lama mana pun untuk menyembuhkannya dan membuatnya lebih baik, dan kita menantikan Tuhan untuk menjadian kita lebih baik sepanjang hidup kita. Dan sampai akhir hidup kita, manusia lama akan tetap menjadi manusia lama, tetapi dengan perbedaan ini – bahwa Allah memandangnya sebagai orang yang dikuburkan, seperti di dalam kubur – disalibkan bersama Kristus. Ada Lazarus. Yesus tidak akan menyembuhkan penyakit Lazarus. Allah tidak akan menyembuhkan Israel dari sifat jahatnya. Allah berkata: “Israel harus mati.”

Itu baru separuh kisahnya, tetapi mari kami perjelas. Akan selalu ada latar belakang yang tidak dapat disembuhkan dalam hidup kita yang tidak akan disembuhkan. Itu selalu ada di sana, tidak disembuhkan, tidak disembuhkan dari penyakit rohaninya. Setiap hari jika saudara berkenan, jika saudara ingin kembali ke dasar manusia lama, saudara dapat melakukan dosa lama yang sama. Itulah yang diajarkan Perjanjian Baru di satu sisi.

Tetapi kemuliaan akan berdiri menentang apa yang ada di latar belakang itu! Kemuliaan adalah apa yang berada di latar depan. Kita mungkin memiliki tubuh yang sakit; Tuhan tidak selalu menyembuhkan tubuh yang sakit. Kadang-kadang Ia melakukannya, tetapi Ia tidak selalu melakukannya, bahkan dengan orang-orang kudus terbaik yang pernah Ia miliki. Dan beberapa orang kudus terbaik yang pernah dimiliki Allah, mereka memiliki tubuh yang sakit. Kita mungkin memiliki sifat manusia yang sakit – dan kita semua tahu bahwa itu benar – kita selalu berhadapan dengan masalah dalam satu sama lain, “Oh, kalau saja aku bisa melupakan apa saudara laki-laki atau perempuan itu dalam dirinya sendiri … aku akan memiliki saat-saat yang menyenangkan! Tapi, kamu tahu, ia adalah seorang laki-laki yang begitu canggung! Ia mengasihi Tuhan, ia menginginkan yang terbaik dari Tuhan, tetapi jika kamu berhadapan dengannya secara alami, kamu tidak akan merasa ia orang yang mudah untuk bergaul …” dan Tuhan tampaknya tidak menangani hal itu, Ia tampaknya tidak menyembuhkan sifat manusia itu. Saya tidak berharap, teman-teman terkasih, betapa pun lamanya saya hidup, bahwa suatu hari nanti semua orang akan berpikir bahwa saya sempurna. Mungkin di hari-hari terakhir saya, sebelum saya pergi kepada Tuhan, orang-orang akan menemukan beberapa kesulitan dengan saya! Paulus, tepat di akhir hidupnya, berkata, “Bukan seolah-olah aku telah sempurna …” Saya tidak mengatakan bahwa kita tidak boleh kehilangan beberapa cara hidup kita yang salah dan kuat itu.

Kasih karunia dapat menghasilkan mukjizat dalam kodrat manusia kita, tetapi jika saudara menantikan hari di kehidupan ini ketika saudara akan benar-benar merdeka dari kodrat manusia saudara yang buruk, saudara pasti akan kecewa. Mungkin saudara akan berkata: “Itu adalah Injil yang sangat buruk untuk diberitakan!” tetapi ada sisi lain darinya. Saudara dan saya dapat hidup dalam kuasa kebangkitan-Nya dengan tubuh yang sangat sakit dan dengan sifat manusia yang sangat miskin. Ya, kuasa kebangkitan-Nya dapat mencakup begitu banyak hal! Latar depan-nya dapat berupa kuasa kebangkitan-Nya.

Kami harus berkata tentang beberapa orang: “Yah, kamu tahu, mereka sangat lemah secara fisik. Mereka tahu banyak tentang penyakit, namun, lihatlah apa yang Tuhan mampukan mereka lakukan! Sungguh ajaib betapa banyak pekerjaan yang mereka lakukan! Mereka seharusnya sudah mati seratus kali, tetapi mereka terus hidup.” Bukan dengan kekuatan mereka sendiri, ada kekuatan lain yang mengatasi kelemahan mereka. Paulus berkata: “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat,” kuasa kebangkitan Kristus mengatasi kelemahannya. Kelemahan itu ada di sana, katanya: “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” Ia sedang berbicara tentang kelemahan fisiknya dan ia sedang berbicara tentang kuasa kebangkitan Kristus.

Sekarang, apa yang benar di alam fisik juga benar di alam rohani. Jika kita hidup di dalam diri kita sendiri, kita akan menyerah. Oh, betapa banyak kelemahan yang ada di dalam kodrat kita! Kita selalu membawa banyak penyakit rohani. Apakah saudara mengerti maksud saya? Kelemahan alamiah kita ini … sungguh menyusahkan. Dan jika kita pernah berkata, “Baiklah, aku tidak bisa …,” dan kemudian, karena kita tidak bisa, kita berkata, “Aku menyerah,” kita telah kehilangan berkat terbesar dalam kehidupan Kristen. Pikirkan tentang semua yang harus dilakukan dan diderita oleh rasul Paulus! Dari satu sudut pandang, itu adalah kehidupan yang sungguh, sungguh mengerikan yang harus ia jalani. Ia memiliki tubuh yang lemah dan tidak berdaya, ia memiliki musuh di mana pun ia pergi, ia mengalami tiga kali karam kapal (ia hanya menceritakannya, kita hanya diberi tahu tentang satu, tetapi ia mengatakan ada tiga) ia berada di laut sehari semalam. Ia telanjang dan kelaparan. Ia harus berjalan kaki bermil-mil, bulan demi bulan. Jadi kita dapat mengumpulkan semua kesulitan dalam hidup itu … jika seseorang pernah berkata, “aku tidak dapat meneruskan …” orang itu adalah Paulus! Tetapi apa yang ia katakan? “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”, bukan ‘aku dapat melakukan segala sesuatu’ – Paulus akan berkata ‘aku tidak dapat melakukan apa-apa’ – tetapi “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Ada suatu hari ketika ia secara alami putus asa akan hidupnya; ia mengatakannya. Ia berkata: “Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.”

Sekarang, Lazarus benar-benar putus asa dan tidak berdaya. Ia tidak dapat berbuat apa-apa … dan begitulah kita secara alami. Namun Yesus berkata, “itu adalah untuk kemuliaan Allah.” Dan teman-teman terkasih, kemuliaan Allah dinyatakan di dalam diri mereka yang pada dasarnya sudah mati, tetapi yang Ia mampukan untuk terus maju dan melakukan banyak hal bagi-Nya. Yesus mungkin tidak akan selalu menyembuhkan kita secara jasmani atau alami, tetapi jika Ia tidak menyembuhkan kita, Ia dapat memberi kita Hidup Ilahi dan Hidup Ilahi adalah hal yang luar biasa.

Mungkin beberapa dari saudara pernah mendengar tentang hamba Allah yang agung, Dr. A.B. Simpson dan Dr. Simpson adalah orang yang sangat percaya pada penyembuhan Ilahi. Dan ia menulis sebuah buku tentang penyembuhan Ialhi, tetapi, meskipun ia sangat percaya pada penyembuhan Ilahi, ia mengatakan hal ini: “Agar tidak ada yang salah memahami posisi-ku, aku tidak mengatakan bahwa setiap orang harus disembuhkan, tetapi aku katakan bahwa setiap orang dapat mengenal hidup Ilahi, yang merupakan sesuatu yang lebih besar dari sekedar hidup alami.”

Nah, kembali kepada Lazarus. Tuhan tidak menyembuhkannya, tetapi Tuhan memberinya hidup kebangkitan, dan ini adalah pengharapan setiap orang. Tuhan mungkin ingin menyembuhkan saudara dalam tubuh saudara, atau Ia mungkin tidak melakukannya. Apakah Ia melakukannya atau tidak, Ia tidak ingin kita hidup dengan hidup kita sendiri, Ia ingin kita hidup dengan Hidup kebangkitan. Itulah yang Yesus maksudkan ketika Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah.” Dan jika saudara membaca Perjanjian Baru saudara, saudara akan melihat bahwa Allah selalu dimuliakan dalam kebangkitan. Di situlah kemuliaan Allah berada.

Saudara mungkin melihat seorang Kristen yang sangat lemah secara fisik, dan saudara mungkin memuliakan Allah dalam orang Kristen yang lemah itu karena kuasa Hidup Ilahi yang luar biasa. Saudara mungkin melihat seseorang yang memiliki banyak kesalahan dan banyak hal tentang dirinya yang tidak saudara sukai, namun ada sesuatu yang lebih dari itu – ada Hidup Tuhan di dalam diri mereka. Dan sementara saudara mungkin tidak memuliakan mereka secara alami, saudara dapat memuliakan Allah atas apa yang mereka miliki secara rohani. Nah, itulah inti sebenarnya dari kejadian Lazarus ini. Hidup keluar dari kematian adalah rahasia Allah, itulah hal yang paling memuliakan Allah.

Apakah semua itu hanyalah kisah yang indah, semua itu hanyalah kebenaran yang luar biasa? Terapkanlah itu besok pagi! Ketika saudara bangun di pagi hari, katakanlah kepada Tuhan: “Tuhan, aku tidak berguna bagi diriku sendiri, tetapi aku akan menjalani hari ini dengan kuasa kebangkitan-Mu.” Mungkin ada situasi yang mustahil dalam diri saudara atau di luar diri saudara; saudara cukup berkata kepada Tuhan: “Tuhan, Engkau memperoleh kemuliaan hari ini dengan memampukan aku untuk hidup melalui Hidup kebangkitan.” Ini adalah sesuatu yang harus kita ambil dengan iman setiap hari.

Timotius jelasnya lemah, seorang pemuda yang lemah secara fisik. Ada yang tidak beres dengan perutnya dan itu terus-menerus mengganggunya. Paulus berkata, “berhubung tubuhmu sering lemah …” Paulus berkata kepada Timotius, “rebutlah hidup yang kekal.” Saudara mungkin memiliki “tubuh yang sering lemah.” Jika Tuhan menghendaki setiap orang disembuhkan secara fisik, mengapa Paulus tidak menyembuhkan Timotius? Paulus tahu bahwa ada sesuatu yang lebih baik daripada disembuhkan secara fisik – kuasa Hidup kekal dalam tubuh fisik yang lemah adalah lebih baik. “Rebutlah hidup yang kekal” – yaitu, Hidup kebangkitan, sesuatu yang harus kita lakukan. Semoga Tuhan memampukan kita untuk melakukannya di setiap saat kelemahan yang disadari.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.