oleh T. Austin-Sparks
Bab 16 – Persahabatan Pengantin Perempuan
Saya ingin mengarahkan saudara ke beberapa bagian dari Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama dalam nubuat-nubuat Yesaya pasal 54, ayat 5: “Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, Tuhan semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel.”
Pasal 62 ayat 5: “Sebab seperti seorang muda belia menjadi suami seorang anak dara, demikianlah Dia yang membangun engkau akan menjadi suamimu, dan seperti girang hatinya seorang mempelai melihat pengantin perempuan, demikianlah Allahmu akan girang hati atasmu.”
Dalam nubuat Yeremia, pasal 3, ayat 14: “Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah firman Tuhan, karena Aku telah menjadi tuan atas kamu!”
Pasal 31, ayat 31: “Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman Tuhan, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman Tuhan.”
Nubuat Maleakhi pasal 2, ayat 11: “Yehuda berkhianat, dan perbuatan keji dilakukan di Israel dan di Yerusalem, sebab Yehuda telah menajiskan tempat kudus yang dikasihi Tuhan dan telah menjadi suami anak perempuan allah asing.”
Begitulah bagaimana kita selesai dengan Perjanjian Lama. Sekarang kita akan melihat bagaimana kita selesai dengan Perjanjian Baru. Kitab Wahyu, pasal 19 ayat 7: “Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.” Pasal 21, ayat 2: “Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.”
Ayat 9, “Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: “Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba.” Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal. Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat …”
Saya pikir kita dapat mengakhiri bacaan-nya di sana dan melanjutkan pokok bahasan yang telah kami bahas sepanjang minggu. Kita telah melihat apa yang sedang dilakukan Allah khususnya di dalam dispensasi yang kita jalani saat ini. Ia sedang membangun Israel yang baru, sorgawi, dan rohani. Kita telah melihat kegagalan Israel lama dan perlunya Allah untuk menyingkirkan Israel itu, tetapi, pada saat menyingkirkan, Ia mendatangkan Israel sorgawi-Nya yang baru. Inilah yang disebut “panggilan sorgawi,” dan kita diberi tahu bahwa kita dipanggil untuk menjadi “sahabat panggilan sorgawi,” dan “sahabat Kristus dalam panggilan sorgawi.”
Kita telah melihat bagaimana Perjanjian Baru mengambil alih gagasan-gagasan di dalam Perjanjian Lama dan menerjemahkannya ke dalam makna rohani. Gelar-gelar Israel lama ditebus dan dibawa ke dalam yang baru, karena, meskipun Allah mungkin harus menyerahkan alat yang Ia bangkitkan, Ia tidak pernah menyerahkan pikiran-Nya. Ia tidak akan pernah menyerahkan maksud-Nya, dan jika Ia tidak dapat mewujudkan tujuan-Nya di dalam satu alat, Ia akan mewujudkannya di dalam alat yang lain.
Kita telah melihat bahwa Israel lama disebut “keluarga Allah”; kita telah melihat bahwa Israel lama disebut “rumah Tuhan”; Israel lama disebut “ahli waris Allah untuk warisan-Nya”; Israel lama disebut “kawanan domba Allah” – Israel adalah domba-domba Allah. Kita telah melihat bahwa Israel lama disebut “pokok anggur Allah.” Dan semua gelar-gelar ini diambil dan dibawa ke dalam jemaat Perjanjian Baru. Israel sorgawi yang baru adalah keluarga-Nya – anak-anak Allah. Ini adalah rumah-Nya, “Rumahnya ialah kita.” Kita adalah “ahli waris Allah dan ahli waris bersama dengan Yesus Kristus.” Kita adalah kawanan domba-Nya – “Akulah gembala yang baik.” Kita adalah pokok anggur-Nya, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.”
Nah, sekarang kita harus sampai pada yang terakhir yang dapat kita lihat saat ini. Dan dari bacaan yang telah kita baca, saudara telah sampai pada kesimpulan tentang apa itu: Pengantin Perempuan Tuhan.
Israel, seperti yang telah kita lihat dari berbagai Kitab Suci tersebut, disebut sebagai pengantin perempuan Allah. Dikatakan bahwa Ia menjadi suami bagi Israel. Saudara perhatikan bahwa meskipun Israel secara harfiah adalah seorang laki-laki, Israel biasanya disebut dalam bentuk feminin. Ini bukan “dia (laki-laki)” melainkan “dia (perempuan)”, dan “dia-lah (perempuan)” yang mengecewakan-Nya sebagai seorang isteri. Ia membeli Israel untuk menjadi pengantin perempuan-Nya dengan darah yang berharga. Minggu lalu kita melihat bahwa Paskah adalah sebuah perjanjian perkawinan. Yeremia 31:31 mengatakan bahwa ketika Ia membawa mereka keluar dari Mesir, Ia menuntun mereka dengan memegang tangan mereka dan menjadi seorang suami bagi mereka. Darah domba Paskah adalah darah perjanjian perkawinan antara Tuhan dan Israel. Ia mempertunangkan Israel kepada-Nya malam itu, dan dengan demikian Israel ditebus dengan darah-Nya.
Sangat sedikit yang perlu dikatakan kepada mereka yang mengetahui Perjanjian Lama, tentang kasih Allah bagi Israel – hal yang paling menakjubkan dalam sejarah. Ketika saudara memikirkan tentang Israel dulu, ketika saudara membaca sejarah Israel dari sisi Israel sendiri, ini adalah hal yang paling indah untuk mendengar Tuhan berkata: “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal.” Allah tidak pernah melepaskan kasih itu, kasih itu tetap adalah kasih yang kekal, tetapi ada isak tangis di hati Allah. Itu adalah kasih yang kecewa.
Akan tetapi, Perjanjian Lama merupakan wahyu yang luar biasa tentang kasih Allah bagi Israel: kasih dari segenap hati Allah bagi seorang pengantin perempuan. Betapa kasih itu diungkapkan bagi Israel! Lihatlah perlindungan luar biasa yang disediakan Tuhan bagi Israel! Ia melindungi Israel di sepanjang jalan. Ia menyediakan makanan dan pakaian bagi Israel. Dikatakan bahwa Ia menuntunnya dengan selamat. Kasih Allah yang lembut, penuh kasih, dan penuh perlindungan ada di mana-mana di dalam Perjanjian Lama.
Apa pikiran dan maksud Allah dalam mempertunangkan Israel kepada diri-Nya sendiri? Supaya Israel menjadi berkenan kepada-Nya. Tuhan berkenan dalam Israel, tetapi Tuhan telah menciptakan Israel untuk perkenanan hati-Nya sendiri, untuk memuaskan hati-Nya sendiri.
Tentu saja, ini adalah rahasia yang dalam mengapa Allah yang maha cukup menginginkan sesuatu untuk perkenanan-Nya. Ia yang memiliki segala sesuatu dan sungguh-sungguh tidak membutuhkan apa pun, bagaimanapun juga dinyatakan sebagai Pribadi yang menciptakan sebuah umat untuk perkenanan-Nya. Saudara lihat, Ia menciptakan segala sesuatu untuk perkenanan-Nya. Ia menciptakan dunia untuk perkenanan-Nya. Ia menciptakan semua yang ada di dunia untuk perkenanan-Nya. Dan Ia menciptakan manusia untuk perkenanan-Nya. Dan semua itu menjauh dari-Nya. Ia kecewa dengan semuanya itu, jadi Ia berkata: “Aku akan memulai lagi,” dan Ia membangkitkan Israel. Ide-Nya adalah bahwa Israel akan memuaskan-Nya di mana segala sesuatu yang lain telah mengecewakan-Nya. Pengantin perempuan adalah untuk perkenanan Pengantin Laki-Laki.
Kemudian lagi, Israel dibangkitkan untuk menjadi perwujudan-diri Tuhan. Allah bermaksud untuk menyatakan diri-Nya kepada seluruh alam semesta melalui Israel; untuk menunjukkan seperti apa Dia itu sebagai suami. Tentu saja, kita tidak dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sekarang, tetapi terkadang saudara dapat melihat sendiri seperti apa suami yang dimiliki seorang perempuan, oleh diri perempuan itu sendiri. Saat saudara melihat perempuan itu, lihatlah bagaimana ia diurus dan dipelihara; saudara dapat berkata: “Ia pasti memiliki suami yang luar biasa!” Nah, itulah gunanya seorang isteri! Saya khawatir banyak dari kita para suami yang telah gagal total … tetapi begitulah halnya dalam kehidupan manusia. Namun, pikiran Ilahi justru adalah sebaliknya. Allah ingin menyatakan kepada seluruh alam semesta ini betapa luar biasanya Dia, Allah, sebagai suami bagi Israel. Israel telah dibangkitkan, dalam bahasa Perjanjian Baru, untuk “memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil-nya keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.”
Kemudian Israel dibawa ke dalam hubungan isteri ini dengan Tuhan untuk tujuan pertumbuhan-Nya, perluasan-Nya. Dengan kata lain, banyak orang lain di luar Israel akan dilahirkan bagi Tuhan melalui Israel. Keluarga-Nya akan berkembang melalui Israel: “Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu yang terbit bagimu.” Dan bangsa-bangsa akan dilahirkan bagi Tuhan, inilah hal-hal yang dikatakan para nabi. Dan pengantin perempuan akan menjadi bagian dari perluasan Tuhan sendiri.
Dan yang terakhir – rahasia dari rahasia! – itu adalah perkara tentang persahabatan. Tidak seorang pun dari kita dapat mengerti mengapa Tuhan menginginkan seorang sahabat. Adalah mungkin untuk menjadi seorang isteri dan tidak menjadi sahabat. Banyak isteri bukanlah sahabat sejati bagi suaminya. Sang suami tidak mendapatkannya sebagai seorang sahabat. Ia adalah banyak hal-hal, tetapi hanya satu hal itu yang kurang – persahabatan sejati. Mungkin itulah tragedi dari banyak perkawinan yang hancur saat ini. Tentu saja, saya tahu bahwa hal itu juga berlaku sebaliknya, tetapi persahabatan adalah pemikiran tertinggi dalam hubungan ini. Tuhan membangkitkan Israel untuk menjadi sahabat-Nya.
Sekarang, mudah untuk melihat bagaimana Israel gagal dalam semua hal-hal ini. Waktunya telah tiba ketika Tuhan tidak dapat lagi berkenan dalam Israel, ketika Israel tidak lagi menyingkapkan kepada dunia seperti apakah Allah itu, ketika Israel menyingkirkan orang-orang bukan Yahudi dan menutup diri kepada dirinya sendiri; menolak untuk memenuhi misi dunia yang untuknya ia telah dipersatukan dengan Allah. Dan semua ini mengakibatkan Allah kehilangan sahabat-Nya, dan Perjanjian Lama ditutup dengan nada yang menyakitkan itu: hal yang mengerikan telah terjadi di Israel, ia telah meninggalkan Tuhan, Suami-nya, dan mencari yang lain.
Jadi, bagi Tuhan, ia telah meninggal. Bagi Tuhan sebagai suatu bangsa, ia telah mati, ia “mati selagi ia hidup.” Tuhan tidak akan pernah dapat menikahi yang lain selagi ia masih hidup; itu bertentangan dengan hukum-Nya sendiri. Ia telah meninggal, jadi Ia dapat mengambil isteri yang lain. Saudara akan mengingat perkataan Paulus sendiri tentang hal ini: bahwa kita telah kawin dengan Tuhan. Ketika mantan isteri ini meninggal, Ia mendatangkan yang lain, seorang pengantin baru.
Perjanjian Baru memiliki banyak yang dapat dikatakan tentang pengantin baru ini, seperti yang saudara ketahui. Dalam Injil, Tuhan Yesus menyebut Diri-Nya sendiri sebagai Mempelai Laki-Laki. Saudara akan ingat perumpamaan tentang seorang perawan, ketika seruan-nya terdengar: “Mempelai laki-laki datang!” dan kita telah membaca bagian-bagian ini dalam Wahyu semuanya tentang pengantin perempuan, isteri Anak Domba. Beberapa dari saudara mengingat kata-kata Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus: “Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu,” dan selanjutnya: “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat.”
Nah, menurut saya, faktanya sudah jelas, tetapi kita harus membawa kembali semua ciri dari hubungan ini. Mengapa kita dipersatukan dengan Tuhan? Mengapa kita disebut orang Kristen? Karena jika kita adalah orang Kristen Perjanjian Baru kita dipersatukan dengan Tuhan dalam sebuah perjanjian perkawinan. Ini adalah “jemaat Allah, yang dibeli-Nya dengan darah-Nya sendiri.”
Berapa banyak dari saudara yang pergi ke Perjamuan Tuhan setiap saat? Namanya berbeda-beda – Meja Tuhan, Perjamuan Tuhan, Perjamuan Kudus, dan seterusnya. Yang penting bukanlah apa yang saudara sebut, tetapi apa yang saudara maksud dengan itu. Tahukah, saudara-saudara terkasih, bahwa setiap kali saudara pergi ke Perjamuan Tuhan, maksud-Nya dalam perjamuan itu adalah bahwa saudara meletakkan tangan saudara pada perjanjian itu lagi dan berkata: “Aku berdiri teguh pada hubungan perkawinan-ku dengan Tuhan. Roti ini berarti bahwa aku satu daging dengan Kristus.” Kita adalah satu tubuh di dalam Dia, bagian dari Tubuh-Nya sendiri diwakili oleh roti itu. Dan tata cara perkawinan Allah pada awalnya adalah: “Keduanya menjadi satu daging.” Yesus berkata: “Roti ini adalah tubuh-Ku.” Ketika kita mengambilnya, kita seharusnya berkata: “Aku satu tubuh dengan Kristus.” Keduanya menjadi satu daging. Dan itulah hubungan perkawinan.
Dan ketika kita mengambil cawan, yang melambangkan Darah-Nya, kita mengucapkan dua hal: “Aku berbagi satu hidup dengan-Nya. Hidup-Nya adalah hidup-ku, dan itu dibuat oleh sebuah perjanjian dalam Darah-Nya.” Itulah makna mendalam dari Perjamuan Tuhan. Apakah itu yang kita maksudkan setiap kali kita datang ke Perjamuan Tuhan? Itu adalah pengantin perempuan yang berkata: “Aku berdiri teguh pada perjanjian, aku satu dengan Tuhan-ku.”
Kami bernyanyi siang ini: “Yesus, Suami-ku …”; itulah hakikat persatuan kita dengan-Nya. Itulah arti sebenarnya untuk menjadi seorang Kristen. Semoga Kekristenan kita ditebus dari segala sesuatu yang kurang dari itu!
Namun, ketika hubungan-nya telah terjalin dalam Darah-Nya, maka tujuan hubungan itu pun dimulai. Kita adalah milik-Nya untuk Perkenanan-Nya sendiri dan bukan untuk perkenanan diri kita sendiri. Ia telah menciptakan kita untuk perkenanan-Nya, kata rasul, “Mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya … supaya kami boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya … kasih karunia-Nya yang mulia … supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia.”
Teman-teman terkasih, hal ini meliputi kehidupan Kristen. Inilah sebabnya Ia telah menarik kita dengan ikatan kasih. Inilah alasan persatuan kita dengan Kristus: agar kita berkenan kepada-Nya, agar Ia berkenan kepada kita. Waktunya akan tiba ketika Ia akan melihat kepada pengantin perempuan-Nya dan kemudian Ia akan berkata, “Ia adalah seorang mempelai yang mulia.” Ia telah membawa kita kepada-Nya untuk tujuan itu sendiri: untuk menyatakan diri-Nya melalui kita.
Mungkin kepala dan hati kita sedang terpuruk sekarang. Betapa buruknya kita sebagai pewahyuan Tuhan! Kita membuat kekacauan yang mengerikan dalam urusan menyingkapkan Kristus ini, tetapi Ia sangat bersusah payah dengan kita. Sungguh ini tidak mudah, dan Ia tidak membuatnya mudah. Tampaknya begitu sering Ia menempatkan kita dalam posisi yang sulit agar kita dapat menunjukkan kemuliaan-Nya.
Paulus diberikan duri dalam daging, utusan Iblis untuk menggocohnya. Tahukah saudara apa artinya untuk memiliki duri dalam daging dan utusan Iblis yang selalu menggocoh saudara? Paulus berkata bahwa ia memohon kepada Tuhan tiga kali mengenai hal ini. Saya tidak tahu apakah ia benar-benar bermaksud tiga kali, saya pikir ia bermaksud: “Aku memohon kepada Tuhan berulang kali! Aku meminta Tuhan untuk mencabut duri ini dan menghancurkan utusan Iblis ini, tetapi Ia berkata kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”
Kedaulatan Allah yang aneh itu … pemeliharaan Allah yang aneh itu. Kadang-kadang tampaknya Ia menempatkan kesulitan dalam hidup kita, dan membuatnya sulit bagi kita, dan kemudian, dalam kasih karunia yang Ia tunjukkan, kita memuliakan Dia. Tidak seorang pun tahu apa duri yang dialami Paulus. Banyak orang menebaknya, dan beberapa orang mengira mereka sudah berhasil menebaknya, mereka tahu apa itu, saya rasa tidak ada yang benar-benar tahu. Namun, jelas itu adalah sesuatu yang dapat dilihat orang, dan mereka dapat berkata: “Ya ampun, Paulus mengalami kesulitan dengan itu. Aku sangat lega bahwa Tuhan tidak memanggil-ku untuk pergi ke jalan itu! Laki-laki malang itu memang tahu apa artinya penderitaan, tetapi betapa luar biasanya kasih karunia Allah dalam diri orang itu! Lihatlah semangat kemenangannya! Lihatlah bagaimana ia tidak menyerah di bawah penderitaannya. Sungguh, kasih karunia Allah dalam diri orang itu adalah hal yang luar biasa!” Dan Paulus berkata: “Dan mereka memuliakan Allah karena aku.” Ya, karena penyataan diri Tuhan, jemaat adalah jemaat yang menderita. Isteri Tuhan ini adalah isteri yang menderita, tetapi penyataan kasih karunia-Nya adalah hal yang luar biasa.
Lalu bagaimana dengan pertumbuhan-Nya melalui jemaat? Kami telah banyak berbicara tentang ini. Tuhan, melalui jemaat-Nya, ingin membawa banyak orang ke dalam Kerajaan. Kata-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk … Tuhan menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Biarkan hal itu berdiri di atas semua ultra-Calvinisme saudara. Jangan biarkan Calvinisme apa pun mengambil sedikit pun dari itu. Tuhan ingin semua orang diselamatkan, dan Ia tidak pernah memberi tahu jemaat-Nya untuk pergi dan memilih satu di sini dan satu di sana dan berkata: “Kamulah orang pilihan,” dan meninggalkan yang lainnya. Tidak, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk; serahkan sisanya kepada-Ku!” Nah, itulah misi dunia Israel yang baru. Namun, jangan hanya melihatnya secara umum. Mulailah besok pagi, jadikanlah ini urusan pribadi saudara jika dengan demikian saudara dapat membawa jiwa-jiwa ke dalam Kerajaan.
Ketika kami telah mengatakan semua itu, kami sampai pada hal yang paling utama ini: Ia telah menyatukan kita dengan diri-Nya sendiri untuk menjadi sahabat-sahabat-Nya. Itulah yang telah menjadi catatan kami di sepanjang konferensi ini: “Kita telah menjadi sahabat Kristus … Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi.” Untuk menjadi sahabat-sahabat-Nya. Saya akui bahwa saya tidak mengerti itu: bahwa Tuhan harus menemukan saya sebagai sahabat-Nya, tidak hanya secara resmi berhubungan dengan-Nya, tetapi berhubungan dengan-Nya sebagai seorang sahabat. Untuk menjadi sahabat-sahabat Tuhan! Saya hanya dapat berkata kepada saudara, marilah kita mengambil kata itu dan terus bertanya pada diri kita sendiri “Bagaimana seorang sahabat akan bertindak dalam hal ini? Bagaimana seorang sahabat akan memutuskan? Aku adalah sahabat Tuhan. Aku tidak boleh mengecewakan Dia dalam persahabatan. Aku tidak boleh mengecewakan-Nya. Ia mengandalkan-ku untuk menjadi sahabat-Nya” – bagian tertinggi dan paling sakral dari seluruh hubungan ini.
Saya putus asa untuk dapat menyampaikan kepada saudara apa yang saya lihat dalam hal ini. Saudara lihat, setelah sekian lama, saya belum menyentuh Yerusalem baru! Ini adalah hal yang sangat penting bahwa Yerusalem baru disebut sebagai “Pengantin Perempuan.” Kata malaikat kepada Yohanes: “Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba,” dan Yohanes mungkin berkata: “Sekarang, mari kita pergi dan melihat perempuan yang luar biasa ini!” “Dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem baru, turun dari sorga, dari Allah.” Pengantin perempuan adalah kota itu, dan kota itu adalah pengantin perempuan. Dan kemudian saudara harus membaca seluruh deskripsi kota itu dalam Wahyu 21 dan 22 demi mengetahui seperti apa pengantin perempuan itu nantinya. Lihatlah semua batu permata yang berharga itu! Inilah betapa berharganya Tuhan Yesus itu dalam berbagai ekspresi. Petrus berkata: “Bagi kamu yang percaya, ia mahal.” “Berbagai macam batu permata berharga …” inilah Yesus dalam karakter-Nya yang nyata yang terungkapkan di dalam pengantin perempuan, kota itu.
Baiklah, saya tidak bisa terus membahasnya, itu butuh waktu berjam-jam! Namun, coba saudara pikirkan. Berhentilah berpikir tentang sebuah kota secara harfiah. Ini semua adalah representasi simbolis dari mempelai Kristus. Semua kemuliaan kota ini hanyalah kemuliaan Kristus yang akhirnya diungkapkan melalui mempelai-Nya. “Ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem yang baru … kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah” yang bersinar melalui semua permata ini. Saya khawatir penerjemah saya akan mendapat masalah jika saya mulai memberi saudara daftar permata-permata itu! Namun ini tidak masalah, kita tidak perlu melakukannya.
Semua ini adalah apa yang dimaksud oleh rasul ketika ia berkata: “Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang” … jemaat yang cemerlang. Kota itu adalah penyataan dari kemuliaan-Nya yang beraneka ragam, dan Kota itu adalah Pengantin Perempuan.
Nah, teman-teman terkasih, saya hanya perlu menutup dengan kata penutup ini. Semua ini adalah ide-ide yang sangat indah dan mengagumkan. Mereka adalah pemikiran yang mulia, tetapi kepada inilah Tuhan telah memanggil kita. Inilah panggilan sorgawi. Kepada inilah Ia ingin kita untuk menjadi sahabat: “Sahabat panggilan sorgawi” karena “sahabat Kristus.”
Saya ragu untuk menyampaikan sesuatu yang mungkin terdengar agak menyedihkan, tetapi saya ingin mengingatkan saudara bahwa surat yang luar biasa kepada orang Ibrani ini memiliki banyak “jika” di dalamnya. “Rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang … Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya.” Surat ini sungguh penuh dengan peringatan-peringatan, penuh dengan nasihat yang kuat, dan saya tidak percaya bahwa surat ini ditulis untuk orang-orang bukan Kristen. Semua bukti dalam surat ini adalah bahwa surat ini dituliskan untuk orang Kristen sejati. Oleh karena itu, surat ini berkata kepada orang Kristen: “Jangan lewatkan warisanmu! Jangan gagal dalam panggilan sorgawimu. Jangan gagal untuk menjadi sahabat sejati Kristus. Jangan menerima apa pun yang kurang dari yang terbaik dan tertinggi dari Allah.”
Saudara bisa menjadi orang Kristen yang memiliki jauh lebih sedikit dari yang Allah kehendaki. Dan saudara perhatikan ketika deskripsi tentang Kota-Pengantin Perempuan diberikan, dikatakan: “Berbahagialah mereka yang memperoleh hak untuk masuk …” memiliki otoritas untuk masuk. Ada bangsa-bangsa yang tidak akan masuk. Mereka akan berjalan dalam terangnya, tetapi tidak akan seperti ini. Pastikanlah bahwa saudara adalah dari Pengantin Perempuan ini. Jangan mengecewakan Tuhan seperti Israel mengecewakan-Nya.
“Mari kita beralih kepada perkembangannya yang penuh.”
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.